YUTELNEWS.com | Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Aceh mencatat, angka kejahatan narkotika sepanjang tahun 2023 menurun. Hal itu disampaikan Kepala BNNP Aceh, Brigjen Pol Rudy Ahmad Sudraja, di Banda Aceh, Kamis (21 Desember 2023).
Menurut Rudy, penurunan angka ini disebabkan berbagai upaya yang dilakukan BNN Provinsi Aceh, baik di bidang pemberantasan, pencegahan, pemberdayaan masyarakat maupun rehabilitasi.
Ia menyebutkan di bidang pemberantasan, BNNP Aceh telah mengungkap 48 berkas perkara narkotika dari target 10 berkas perkara. Barang bukti yang disita berupa sabu sebanyak 5,601,90 gram dan ganja kering sebanyak 119,304,60 gram.
Selain itu, BNNP Aceh juga melakukan pemusnahan di tiga lokasi kebun ganja, yaitu di Desa Meureu, Kabupaten Aceh Besar, luas 2,5 hektare, 2.500 pohon dengan berat 3,5 juta gram.
Kemudian, Meureu Bung U, Kabupaten Aceh Besar, Luas 1,5 hektare, jumlah 1.500 Pohon, dengan berat 2,5 juta gram dan seluas 1,5 hektare, jumlah 5.000 pohon dengan berat 1 juta gram.
Di bidang pencegahan, kata dia, BNNP Aceh melaksanakan kegiatan Gerakan Desa Anti Narkoba (GDAD). Kegiatan ini telah dirasakan manfaatnya oleh beberapa daerah, terutama di Gayo Lues, Aceh Besar, dan Bireuen. “Dengan adanya kegiatan ini, masyarakat dapat beralih dari bertani ganja ke petani yang lainnya,” ujarnya.
“Sementara ini untuk menekan angka kejahatan narkotika ini kita rasakan ada pengurangan dengan melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat, kita bisa menghalau penanaman ganja,” kata Rudy.
Kemudian, Rudy juga meyebutkan lahan yang dulunya kerap dijadikan warga sebagai tempat penanaman berbagai komoditi pertanian lainnya seperti yang dilakukan warga Aceh Besar menanam kunyit, hidroponik sawi, pokcoy, sementara Bireuen mulai beralih menanam jagung dan Gayo Lues beralih ke bertani kopi.
“Masyarakat disana jga sudah merasakan manfaatnya dan mulai bekerja sama dengan beberapa perusahaan ternama,” tambahnya.
Selain itu, BNNP Aceh juga bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk mengungkap jaringan mafia narkotika di Aceh.
Rudy mengatakan kejahatan luar biasa dalam bentuk penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika menjadi ancaman global yang dapat dijadikan sebagai alat perang pengganti untuk melemahkan bangsa dan merusak generasi muda.
Oleh karena itu, masalah narkotika di Indonesia dianggap sebagai kondisi darurat yang melibatkan Aceh sebagai fokus perhatian bersama.
“Dalam menanggapi hal ini, partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat harus terus ditingkatkan, dan ruang yang luas harus diupayakan untuk menciptakan lingkungan bebas dari penyalahgunaan narkotika serta memberikan keamanan kepada masyarakat,” kata Rudy.
Selain itu, Rudy menyampaikan BNNP Aceh juga berperan aktif dalam upaya pencegahan dengan melibatkan komunitas lokal melalui program-program edukasi, kegiatan sosial, dan pembentukan kelompok-kelompok pendukung.
Hal ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung bagi individu untuk menjauhi narkotika dan mengembangkan pola hidup yang sehat.
Sejalan dengan upaya nasional, lanjutnya, BNNP Aceh terus mengembangkan inovasi dan teknologi untuk meningkatkan efektivitas operasionalnya, termasuk penggunaan sistem informasi dan pemantauan yang canggih guna memutus mata rantai peredaran narkotika.
“Pentingnya kolaborasi lintas sektor dan terus-menerus mengadaptasi strategi adalah kunci dalam menghadapi tantangan serius penyalahgunaan narkotika ini, sehingga bersama-sama kita dapat membangun masyarakat yang bebas dari ancaman narkotika dan memastikan masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang,” tandas Rudy.
(Kaperwil Aceh/Said Yan Rizal)
Komentar