YUTELNEWS.com| Dalam suratnya kepada Ny Van Kol, tanggal 21 Juli 1902, Kartini juga menulis; Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah.
Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama disukai.
RA KARTINI sebagai sosok MODERAT, memperjuangkan kesetaraan wanita dengan pria (Egaliter/ Musawah) sehingga tercipta keadilan kesempatan yang sama atas pendidikan bagi pria dan wanita, juga sebagai teladan praktek aulawiyah dengan keputusan mengalah.
Memprioritaskan kehormatan/kebahagiaan orang tua saat dijodohkan oleh orangtuanya atau beliau utamakan kemaslahatan umum diatas kepentingan pribadi dengan kedudukan sebagai istri Adipati lebih mudah dapat fasilitas menyelenggarakan pendidikan/baca tulis bagi kaum wanita.
Beliau sosok yang kreatif dan dinamis (attathawwur wal ibtikar/growth mind), berpikir kritis (critical thinking) sekaligus penjaga kearifan lokal dibuktikan menyampaikan isi hati pada KH Sholeh Darat agar Al-Qur’an diterjemahkan dalam bahasa daerah untuk mudah dimengerti dan diamalkan.
Dalam suratnya yang lain beliau membahas betapa pentingnya akhlak (at tahadur) dan sempat juga beliau mengatakan pada teman korespondennya bahwa budaya barat kurang beradab (dalam sesuatu hal).
Kartini terlahir di bulan April sama seperti kelahiran nabi Muhammad di bulan April (mengutip keterangan KH Maemoen Zubair).
Kartini berusaha keras memberikan pendidikan pada kaum wanita termasuk gerakan literasi baca tulis sama halnya dengan nabi Muhammad memprakarsai gerakan baca tulis bagi kaumnya laki-laki dan perempuan walaupun yang mengajarkan adalah orang-orang non muslim.
Rasanya sangatlah pantas Kartini menyandang gelar Tokoh Pendidikan seperti halnya Ki Hajat Dewantara, Kartini juga pantas diusulkan menyandang gelar Tokoh Penggerak Literasi dan hari kelahirannya ditetapkan Hari Literasi.
Kartini juga pantas menyandang tokoh Kesetaraan Gender dan hari kelahirannya ditetapkan hari kesetaraan gender, selaras dengan misi Islam bahwa perempuan berhak hidup, bekerja dan mendapatkan hak pendidikan seperti kaum laki-laki.
Kumpulan tulisan beliau dan riwayat hidup beliau diberi judul “Habis Gelap Terbitlah Terang” mengingatkan pada sepenggal kalimat ayat suci Al Qur’an “Minaddhulumati ilan Nur” dan beliau memang berusaha menjadikan rakyat Indonesia kaum terpelajar terutama kaum perempuan yang sebelumnya terpinggirkan.
Beliau menjalanlan wasiat nabi Muhammad menjelang wafat agar umat Islam betul-betul menjaga marwah kaum perempuan.
Tidaklah salah sebuah pepatah “Wanita adalah tiang negara”, karena wanita punya kesempatan besar mendidik langsung putra putrinya sebagaimana terkenalnya disiplin dan motivasi luar biasa ibunda Imam As-Syafi’i berkata “Nak berangkatlah kamu pergi menuntut ilmu jangan pulang jika belum jadi ulama’ besar, mungkin ini pertemuan terakhir kali dan bertemu lagi nanti insya Allah di syurga”.
Kartini meneruskan semangat juang para pendekar wanita pendahulunya seperti Cut Nya’ Din, Dewi Sartika dan lainnya. Saatnya Indonesia bangkit lewat semangat juang para pendekar wanita turut serta dalam peran utama melahirkan dan mendidik generasi menjadi generasi emas 2045
Selamat Hari Kartini. Indonesia akan terus melahirkan generasi Kartini Kartini pejuang moderasi beragama
Yusup Bahtiar Sumber Penulis Imam Ghazali Instruktur Nasional GTK