YUTELNEWS.com | Lahan hijau yang selama ini menjadi fasilitas olahraga dan ruang terbuka bagi masyarakat di depan Stasiun Tawang, Semarang, kini telah berubah fungsi menjadi kolam retensi air.
Perubahan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mengendalikan banjir di area sekitar stasiun, yang sering terdampak genangan saat musim hujan.
Kolam retensi ini, yang juga dikenal sebagai polder air, dibangun untuk menampung aliran air hujan dan mengurangi risiko banjir di kawasan tersebut.
Diharapkan, kolam ini mampu menahan debit air hujan yang tinggi, sehingga dapat melindungi area Stasiun Tawang dan sekitarnya dari ancaman banjir.
Stasiun Tawang sendiri, yang diresmikan pada 1 Juni 1914 oleh arsitek Belanda Sloth Blauwboer, selama ini dikenal sebagai ikon kota Semarang.
Dibangun pada masa kolonial Belanda, stasiun ini tak hanya menjadi sarana transportasi, tetapi juga merupakan simbol kebanggaan bagi warga Semarang, terutama dengan keberadaan lahan hijau yang dulu berada di depannya.
Namun, perubahan fungsi lahan hijau ini menuai respons beragam dari masyarakat.
Warga mengeluhkan hilangnya ruang terbuka yang biasa dimanfaatkan untuk berolahraga dan bersosialisasi.
“Kami ingin Kolam Retensi Tawang tetap dapat dinikmati sebagai fasilitas olahraga dan ruang publik yang mudah diakses,” ungkap seorang warga yang merindukan suasana terbuka di depan stasiun.
Selain perubahan fungsi lahan, kebijakan baru di area sekitar Stasiun Tawang juga turut menambah keresahan warga.
Jalan umum di depan stasiun kini telah diubah menjadi area parkir berbayar, yang berarti masyarakat harus membayar saat melintasi akses ini.
Pada hari-hari libur, seperti Minggu, jalan menuju kawasan wisata Kota Lama kerap ditutup, sehingga menyebabkan kebingungan bagi pengunjung dan pengguna jalan.
Perubahan lain yang cukup menyita perhatian adalah pergantian nama Stasiun Tawang pada 17 April 2023.
Kerjasama antara PT KAI dan Bank Jateng, melalui program hak penamaan (naming rights), membuat stasiun ini kini memiliki nama baru yang diresmikan beberapa waktu lalu.
Masyarakat berharap pemerintah dapat segera memberikan solusi untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan infrastruktur dan kenyamanan fasilitas publik.
Bagi warga, keberadaan lahan hijau dan akses yang mudah menjadi kebutuhan penting yang diharapkan tetap ada di tengah modernisasi infrastruktur kota.
(M. Efendi)