Saatnya Memilih Calon Pemimpin Yang Mengerti Kondisi Masyarakat Kota Langsa

YUTELNEWS.com | Kota Langsa – Hiruk pikuk Bakal Calon Walikota dan wakil Walikota di Kota Langsa banyak di berbincangkan warga untuk mencari Pemimpin yang benar benar bisa menjadi pemimpin yang mengayomi masyarakat dan yang mengerti apa yang di inginkan masyarakat, bukan yang di inginkan koalisi Partai politik.

Politik seharusnya berperan sebagai pelindung dan penguasa di hadapan rakyatnya.Tetapi hal demikian sulit diwujudkan manakala pola kepemimpinan masih dibelenggu oleh dominasi elit/small groub, seperti yang terjadi di Kota Langsa dalam cengkraman elit Partai.

Hal demikian, tumbuh karena secara umum di Kota Langsa, faktanya masih diwarnai budaya patrimonal dan feodal. Maka pola ini hanya akan melahirkan hubungan state-society yang hierarkis dan top down dengan power, otoritas dan produk kebijakan dimonopoli dan diterjemahkan oleh elit politik dengan mengingkari hak rakyatnya yang komitmen dan kesetiaanya di pertanyakan.

“Komitmen dan kesetiaan itu seperti dua sisi mata uang yang saling melengkapi antara yang satu dengan yang lain. Sebab, komitmen tanpa kesetiaan atau sebaliknya kesetiaan tanpa komitmen itu artinya yang satu bisa membatalkan yang lain. Pendek kata, sulit untuk dikatakan adanya komitmen tanpa kesetiaan. Begitu juga sebaliknya, bila pemimpin tidak mempunyai kesetiaan jadi nonsens tanpa komitmen, tentunya untuk kebijakan dan selogan mengayomi masyarakat hanya kata-kata mutiara yang akhirnya menyakiti hati masyarakat.”

Karena itu, dasar pijakan kesetiaan dan komitmen itu harus di miliki seorang pemimpin, kejujuran dan keikhlasan. Jadi akan sangat Mustahil mengharap adanya komitmen dan kesetiaan jika calon pemimpin tidak memegang teguh kejujuran dan keikhlasan. Dan kejujuran serta keikhlasan itu bersemayam di kedalaman hati yang bersih dan jernih.

Karenanya, akan sangat terasa menyakitkan sekali, ketika harus menghadapi sikap khianat yang tidak konsisten terhadap tampilan janji yang tak perlu diucapkan. Tetapi telah menjadi semacam kata sepakat yang tidak tertulis dan tidak juga perlu diucapkan.

(Kaperwil Aceh Said Yan Rizal)