Haidar Alwi Desak Pemerintah Percepat Kemandirian Energi Nasional di Tengah Ancaman Penutupan Selat Hormuz

YUTELNEWS.com | Menyusul ancaman penutupan Selat Hormuz oleh Iran, R. Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, mendesak pemerintah Indonesia untuk segera mengambil langkah konkret guna mempercepat kemandirian energi nasional. Ancaman tersebut, yang muncul sebagai respons atas serangan udara AS ke fasilitas nuklir Iran, berpotensi menimbulkan krisis energi global dan berdampak signifikan terhadap Indonesia sebagai negara importir BBM.

Haidar Alwi menekankan bahwa penutupan Selat Hormuz—jalur vital bagi sekitar 20% pasokan minyak dunia—bukan hanya masalah militer, melainkan peringatan serius bagi semua negara untuk meningkatkan kemandirian energi. Lonjakan harga minyak dunia yang telah terjadi pasca-ancaman tersebut telah menambah tekanan terhadap subsidi energi di APBN, mengancam ruang fiskal, dan berpotensi memicu inflasi serta kenaikan harga barang dan jasa.

Dalam diskusi daring Haidar Alwi Institute bertajuk “Strategi Energi Nasional dalam Krisis Global,” Haidar Alwi menyerukan lima solusi strategis bagi pemerintah:

1. Pembentukan Cadangan Minyak Strategis Nasional: Minimal setara kebutuhan 30 hari untuk seluruh Indonesia sebagai antisipasi gangguan pasokan.

2. Percepatan Hilirisasi Energi Lokal: Meliputi biodiesel B50, pemanfaatan energi surya di pedesaan, dan produksi bioetanol dari tebu dan sagu.

3. Diversifikasi Jalur dan Mitra Dagang Energi: Membuka kerjasama strategis dengan Rusia, Australia, dan negara-negara Afrika untuk mengurangi ketergantungan pada Selat Hormuz.

4. Pendirian Pusat Logistik BBM Regional: Khususnya di Indonesia bagian timur untuk pemerataan dan ketahanan logistik.

5. Inisiasi Forum Energi ASEAN: Untuk menyatukan respons regional terhadap krisis geopolitik dan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemimpin kawasan.

Haidar Alwi berharap Presiden Prabowo Subianto menjadikan krisis ini sebagai momentum untuk memperkuat ketahanan nasional, khususnya di sektor energi. Ia menekankan perlunya keselarasan antara langkah-langkah strategis di bidang pertahanan dan diplomasi dengan visi kemandirian energi. Ketergantungan energi, menurutnya, merupakan kelemahan yang harus segera diatasi. Indonesia, tegasnya, harus bertransformasi dari negara pengimpor menjadi negara yang mampu mengatur arah kebijakan energi global.

“Krisis bukan untuk ditakuti, tetapi untuk dijadikan kompas kebangkitan. Negeri ini terlalu besar untuk terus bergantung,” pungkas Haidar Alwi.

Singgih

 

Posting Terkait

JANGAN LEWATKAN

NEWS FEED