YUTELNEWS.com | Persaudaraan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) menyampaikan penyesalan mendalam atas pernyataan Bapak Fadli Zon yang dinilai telah membuka kembali luka lama tragedi kemanusiaan Mei 1998, khususnya kekerasan terhadap perempuan keturunan Tionghoa. Pernyataan tersebut dianggap sangat tidak sensitif dan melukai perasaan banyak pihak. Senin, (22/06/2025).
Tragedi Mei 1998 merupakan catatan kelam sejarah bangsa Indonesia yang meninggalkan trauma mendalam bagi banyak keluarga, terutama keluarga keturunan Tionghoa. Banyak korban hingga kini masih enggan bersuara demi menjaga persatuan dan kerukunan bangsa. Di tengah upaya membangun Indonesia yang inklusif, narasi yang meragukan atau meremehkan penderitaan korban justru mengancam rasa keadilan dan harmoni sosial.
PITI dengan tegas mengecam pernyataan tersebut dan berharap Bapak Fadli Zon dapat mengevaluasi kembali sikap dan narasinya. Sebagai tokoh nasional, beliau seharusnya menunjukkan empati dan menghormati luka kolektif yang telah terjadi. Peran beliau semestinya sebagai perekat persatuan, bukan pemicu perpecahan.
PITI menekankan pentingnya pencatatan sejarah yang objektif dan adil, namun juga penuh empati terhadap penderitaan manusia. Sejarah tidak boleh hanya diinterpretasikan berdasarkan kepentingan politik atau pendekatan akademis yang kering dari rasa kemanusiaan.
PITI mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersama-sama menjaga semangat kebangsaan, persatuan, dan rekonsiliasi demi masa depan Indonesia yang lebih kuat dan harmonis dalam keberagaman.
(Dr. Ipong Hembing Putra, Ketum PITI)
Singgih