YUTELNEWS.com | Blora – Waktu boleh berlalu, rambut boleh memutih, namun persahabatan sejati tetap bersemayam abadi di hati. Itulah yang tergambar jelas dalam suasana reuni akbar SMP Katolik Adisucipto Blora Angkatan 1971, Sabtu (26/7/2025), yang berlangsung penuh kehangatan, pelukan haru, dan spiritualitas mendalam.
Puluhan alumni yang telah tersebar di berbagai daerah, seperti Lombok, Surabaya, Jakarta, Jepara, dan Salatiga, hadir dengan semangat luar biasa. Meski usia tak lagi muda, langkah mereka menuju Blora penuh sukacita seolah-olah kembali menjadi remaja yang hendak masuk kelas di sekolah tempat semua cerita dimulai.
“Saya dari Lombok. Meskipun jauh dan butuh waktu belasan jam perjalanan, reuni ini terlalu berharga untuk dilewatkan. Ini bukan hanya temu kangen, tapi semacam pulang ke akar tempat hati kita dulu bertumbuh,” ujar Haryanto S., alumni yang hadir bersama istrinya.
Acara dimulai dengan sambutan dari sesepuh alumni, Djoko TP, yang mengajak semua hadirin untuk merenung dan bersyukur. Dalam suasana yang syahdu, para alumni diajak mengenang kembali perjalanan hidup masing-masing, termasuk mendoakan rekan-rekan seangkatan yang telah lebih dahulu berpulang.
“Nama mereka tak kita sebut satu per satu, namun mereka tetap hidup dalam hati kita. Mari kita kirimkan doa agar mereka diberi tempat terbaik di sisi Tuhan, dan dikenang dalam cinta yang tak terputus oleh waktu,” ungkap Djoko TP dengan nada tenang namun menyentuh.
Lebih dari sekadar nostalgia, reuni ini juga menjadi ruang spiritual yang menyejukkan. Dalam sambutannya, Djoko TP menyisipkan petuah dari Wulangreh Sejati, ajaran luhur spiritual Jawa yang mengajak manusia untuk selalu rendah hati: “Wong urip iku kudu ngerti, yen dudu awak dewe sing kuwasa, nanging ana Kang Kuwasa sing nuntun urip kita. Aja gumedhe, aja cidra, aja lali marang dhasar.”
(Manusia hidup harus sadar bahwa bukan dirinya yang berkuasa, tetapi ada Yang Maha Kuasa yang membimbing hidup kita. Jangan sombong, jangan berkhianat, dan jangan lupa pada asal-usul kehidupan).
Petuah ini menjadi benang merah dalam seluruh rangkaian acara menguatkan pesan bahwa nilai-nilai kebersamaan, kesetiaan, dan rasa syukur jauh lebih penting daripada pencapaian duniawi.
Acara diisi dengan pertunjukan lagu nostalgia, sesi cerita bebas, doa bersama lintas keyakinan, dan makan siang yang menyatukan rasa. Di halaman sekolah lama, para alumni mengabadikan momen dengan foto bersama, dengan senyum yang seolah tak berubah meski puluhan tahun telah berlalu.
“Kami bukan lagi sekadar teman sekolah. Kami adalah keluarga jiwa, yang terikat oleh kenangan, kasih, dan doa,” ujar Subaryanti, alumni dari Jakarta yang tampak tak henti-hentinya tersenyum.
Menjelang senja, reuni ditutup dengan iringan lagu “Kemesraan” yang dinyanyikan bersama, disertai pelukan hangat dan mata yang basah. Para alumni saling mengucap janji untuk terus menjaga silaturahmi, karena mereka sadar bahwa usia boleh menua, tapi hati yang hangat dan persaudaraan sejati akan terus hidup dalam doa.
“Mungguhing laku utama, mung sapa kang eling lan waspada.” (Laku hidup utama hanya bisa ditempuh oleh mereka yang selalu ingat dan waspada.)
Tentang SMP Katolik Adisucipto Blora
Sekolah yang berdiri sejak pertengahan abad ke-20 ini dikenal sebagai salah satu lembaga pendidikan berbasis nilai spiritual dan kemanusiaan di Kabupaten Blora. Lulusannya tersebar di berbagai bidang: pemerintahan, dunia usaha, pendidikan, dan pelayanan sosial. Namun satu hal yang terus mereka jaga: persaudaraan yang diwariskan oleh masa remaja yang tak terlupakan.
Eko Mulyantoro