BP Batam Anggarkan Rp98 Miliar untuk Atasi Krisis Air di Batu Merah dan Tanjung Sengkuang

DAERAH19 Dilihat

YUTELNEWS.com / Krisis air bersih yang melanda sejumlah kawasan di Kota Batam, terutama Batu Merah dan Tanjung Sengkuang, masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi BP Batam. Di tengah keluhan warga yang berbulan-bulan kekurangan pasokan air, BP Batam akhirnya angkat bicara dan membeberkan langkah-langkah konkret yang tengah disiapkan.

Deputi Bidang Pelayanan Umum BP Batam, Ariastuty Sirait, menyebut, secara kapasitas, ketersediaan air di Batam sebenarnya cukup. Dari sembilan waduk yang ada, tujuh di antaranya aktif beroperasi dengan kapasitas produksi mencapai 4.200 liter per detik.

“Jadi sebenarnya airnya cukup, hanya saja persoalannya ada pada jaringan distribusi dan keterbatasan anggaran,” katanya, Selasa (28/10) kemarin.

Pembangunan infrastruktur air bukan sekadar menambah kapasitas waduk, tetapi juga memperluas jaringan distribusi yang membutuhkan investasi besar. Tahun ini, BP Batam sedang melelang proyek Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sei Ladi, yang bisa memperkuat sistem pasokan.

Selain itu, BP Batam juga untuk pertama kalinya akan membangun jaringan distribusi air menuju kawasan Tanjung Piayu Laut – daerah yang selama ini belum pernah teraliri air bersih.

“Pengerjaan dilakukan tahun depan dan ditargetkan selesai pada Juni 2026,” kata Tuty.

Namun, yang paling mendesak saat ini adalah penanganan di kawasan Batu Merah dan Tanjung Sengkuang. Kedua wilayah itu termasuk dalam kategori stress area, atau wilayah dengan tekanan air rendah yang kronis sejak masa pengelolaan PT Adhya Tirta Batam (ATB).

“Dulu, selama 25 tahun ATB beroperasi, mereka berhasil menyelesaikan 14 stress area. Saat ini kita masih mewarisi 18 stress area lagi yang harus diselesaikan,” ujarnya.

Selama tiga tahun pertama masa transisi pasca-berakhirnya konsesi ATB, BP Batam sudah menuntaskan lima dari total stress area tersebut. Namun, 18 lainnya masih menunggu realisasi anggaran. Perencanaan sudah siap, tapi faktor anggaran menjadi kunci.

Kendala lain muncul dari banyaknya rumah liar (ruli) di sekitar Batu Merah dan Tanjung Sengkuang. Kondisi ini membuat BP Batam tidak bisa membangun jaringan permanen.

“Ruli itu sifatnya sementara, bisa bergeser. Karena itu kita buat sambungan langsung khusus,” katanya.

Sembari menunggu proyek besar rampung, BP Batam melakukan mitigasi cepat dengan mendistribusikan air melalui water tanki ke kawasan terdampak. Jadwal pengiriman diatur secara rutin agar warga tetap mendapat suplai sementara.

“Selain itu, kami juga menyiapkan tandon berkapasitas 20 ribu liter di beberapa titik. Air dari tanki akan diisi ke tandon, lalu dialirkan ke rumah-rumah,” ujar dia.

Namun demikian, upaya darurat ini tak selalu berjalan mulus. Masalah elevasi permukaan tanah menyebabkan air lebih mudah mengalir ke kawasan dataran rendah, sementara daerah perbukitan tetap kering.

Selain elevasi, BP Batam juga menemukan sejumlah persoalan teknis di lapangan. Beberapa pipa distribusi tidak sesuai dengan gambar jaringan, bahkan ada interkoneksi antarblok yang tak tercatat dalam peta resmi.

Masalah lain adalah penggunaan pompa air pribadi oleh warga yang menyebabkan ketidakseimbangan tekanan. “Ketika satu rumah menyedot air dengan pompa, otomatis rumah lain di jalur yang sama kehilangan aliran,” tambahnya.

Untuk memperbaiki sistem aliran, BP Batam juga menerapkan rekayasa jaringan air. Aliran bertekanan kuat dialihkan secara bergantian ke wilayah tertentu agar pasokan lebih merata.

“Kalau satu daerah dialirkan terus, daerah lain akan terdampak. Jadi kami harus atur dengan cermat,” kata Tuty.

Meski masih dalam proses, BP Batam sudah menyiapkan solusi permanen bagi Batu Merah dan Tanjung Sengkuang. Proyek besar ini mencakup pembangunan tambahan pipa dari waduk ke tangki Ozon dan tangki Bukit Senyum yang menjadi pusat distribusi utama.

Tangki Ozon sendiri memiliki kapasitas 2 x 6.000 meter kubik yang idealnya dapat memenuhi kebutuhan sekitar 600.000 penduduk. Namun, selama ini tangki tersebut belum bisa diisi penuh karena sebagian pasokan dialirkan ke kawasan lain.

“Nanti, setelah tambahan pipa dan sistem pompa selesai, tangki Ozon bisa beroperasi maksimal. Dari situ kebutuhan Batu Merah dan Tanjung Sengkuang akan tercukupi,” kata dia.

Proyek tersebut telah masuk dalam daftar prioritas dengan nilai anggaran sekitar Rp98 miliar. Semua solusi sudah disusun secara final, tinggal menunggu realisasi. Pihaknya ingin masyarakat tidak lagi khawatir soal air. (*)

Deputi Bidang Pelayanan Umum BP Batam, Ariastuty Sirait.

Posting Terkait

JANGAN LEWATKAN