Yutelnews.com | Almarhum Mbah Madris diwakili oleh Dariyono Ketua Rw 06, menyerahkan tugas sebagai Juru Kunci atau penjaga “Petilasan” Punden Ratu Shima kepada Mbah Pujiyanto untuk masa tugas 8 (delapan) tahun atau satu windu, di Dukuh Krajan, Desa Kecapi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, Selasa, (31/10/2023) malam.

Juru Kunci sendiri adalah seseorang yang diberikan kepercayaan menjaga suatu tempat yang pernah disinggahi, dihuni atau didiami oleh seseorang baik itu tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemerintah pada eranya dan satu tempat yang diyakini sebuah tempat keramat .

Menurut beberapa literasi umum, Punden Ratu Shima adalah sebuah tempat yang konon menurut tutur sejarah merupakan petilasan Ratu Shima saat masa kehamilannya merasakan Nyidam (keinginan Ibu Hamil, Red.) buah kecapi, hingga akhirnya menemukan di sebuah tempat, hingga akhirnya dinamakan Desa Kecapi.

Menurut Sukambali, Petinggi Desa Kecapi menuturkan kalau dalam cerita sejarah Punden Ratu Shima merupakan sebuah petilasan tempat pemujaan pada jamannya.

Sementara dalam acara serah terima jabatan Juru Kunci selain dihadiri oleh Sukambali, nampak juga Kamituwo, Yoso, Kasi Pemdes, Moklas, Ketua Rw Daryono, Ketua Rt 34 Abdul Azis, Ketua Rt 33, Sismuji, tokoh penasehat, Widodo, dan BPD wilayah Zaenal Arifin serta juga perwakilan ranting 2 Desa Kecapi Rt 34, Abdul Azis, tokoh lingkungan dan tamu undangan masyarakat sekitar sekitar Punden Ratu Shima.

“Jabatan sebagai Juru Kunci Punden petilasan Ratu Shima akan dijabat dalam 1 windu atau 8 (delapan) sesuai penanggalan Jawa.

Sukambali mengatakan kalau peralihan jabatan Juru Kunci ini bertujuan “nguri uri” atau melestarikan adat istiadat dan budaya yang masih sakral. Kegiatan semacam ini pernah dan sudah dilaksanakan para leluhur atau pendahulu desa sejak dahulu kala.

“Sebagai penerus atau pemangku wilayah Desa Kecapi kita berkewajiban meneruskan,” kata Sukambali, Tradisi Desa Kecapi

“Dan di Punden Ratu Shima setiap setahun sekali di adakan perayaan tradisi oleh Pemdes dan masyarakat Desa Kecapi yaitu Manganan di malam hari, lalu paginya acara do’a selamatan atau tasyakuran, dan pementasan seni tayub siang harinya,” ujarnya.

“Biasanya tradisi ini dilaksanakan setiap hari Senin Pahing di Bulan Apit (penanggalan Jawa, Red.),” pungkas Sukambali lewat pesan WhatsApp.

(Eko)

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page