Kuliah Kajian Online Iqro
YUTELNEWS.com – Jakarta.
Penulis : Dio Alif Kukuh Utomo
Tempat & Waktu :
Mekkah Haramain Al Mukaromah
Sabtu 6 April 2024
Salah satu keutamaan yang paling dinantikan seluruh umat Muslim di bulan Ramadhan adalah malam Lailatul Qadar. Meski waktu terjadinya belum bisa dipastikan seratus persen, akan tetapi para ulama sudah berusaha memprediksi kapan terjadinya. Keistimewaan malam ini sendiri sudah Allah swt sebutkan dalam Al-Qur’an berikut,
إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٞ مِّنۡ أَلۡفِ شَهۡر تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ سَلَٰمٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ
Artinya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS Al-Qadar [97]: 1-5).
Ayat ini menjelaskan bahwa malam Lailatul Qadar memiliki keistimewaan yang sangat besar, yaitu lebih utama dari seribu bulan. Selain itu, pada momen ini malaikat juga turun ke bumi untuk mendoakan dan memberi salam kepada seluruh orang yang menghidupkan malam ini dengan beribadah.
Lailatul Qadar adalah salah satu keistimewaan yang Allah swt berikan kepada umat Nabi Muhammad saw. Ibadah pada malam itu lebih utama daripada ibadah seribu bulan atau setara dengan 83 tahun 4 bulan.
Umat-umat Nabi terdahulu bisa beribadah di dunia ini dalam jangka waktu yang lama karena Allah menjadikan usia mereka sangat panjang. Sedangkan umat Nabi Muhammad meskipun usia mereka rata-rata hanyalah antara 60 hingga 70 an tahun, akan tetapi Allah menganugerahkan Lailatul Qadar.
Mendapatkan pahala ibadah seribu bulan dalam satu kali Ramadhan saja, bisa jadi sudah melampaui umur seseorang. Apalagi bila ia beribadah pada setiap malam Lailatul Qadar setiap tahunnya
Melihat besarnya pahala beribadah tersebut, kiranya kita perlu mengetahui apa saja keutamaan malam Lailatul Qadar. Berikut ini enam keutamaan malam Lailatul Qadar.
Pertama, Lailatul Qadar adalah malam diturunkannya Al-Qur’an. Sebagaimana kita tahu bahwa proses turunnya Al-Qur’an terjadi dalam dua tahap: Tahap pertama, turunnya Al-Qur’an dari lauhil mahfuz ke Baitul Izzah (langit dunia). Pada tahap pertama ini, Al-Qur’an diturunkan semuanya dari awal hingga akhir secara lengkap. Hal itu terjadi pada malam Lailatul Qadar yang saat itu bertepatan dengan malam dua puluh empat Ramadhan.
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (القدر: ١)
Maknanya: Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an itu pada malam Lailatul Qadar (QS al-Qadr: 1)
Rasullah Muhammad saw bersabda:
أُنْزِلَتْ صُحُفُ إِبْرَاهِيْمَ عليه السلام في أَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، وَأُنْزِلَتْ التوراةُ لِسِتٍّ مَضَيْنَ مِن رَمَضانَ، وأُنزِلَ الإنجيلُ لِثَلاثَ عشْرةَ خَلَتْ مِن رمضانَ، وأُنزِلَ الزَّبُورُ لِثَمانِ عَشْرَةَ خَلَتْ من رمضانَ، وأُنزلَ الفُرْقانُ لأَربعٍ وعِشْرينَ خَلَتْ
من رمضانَ (رواه أحمد والطبراني والبيهقي وغيرهم)
Maknanya: Shuhuf Ibrahim diturunkan pada malam pertama Ramadhan, Taurat diturunkan pada malam keenam Ramadhan, Injil diturunkan pada malam tiga belas Ramadhan, Zabur diturunkan pada malam delapan belas Ramadhan dan Al-Qur’an diturunkan pada malam dua puluh empat Ramadhan (HR Ahmad, ath Thabarani, al-Baihaqi dan lainnya).
Tahap kedua, turunnya Al-Qur’an dari Baitul Izzah yang merupakan langit pertama kepada Nabi Muhammad Saw. Dalam tahap kedua ini, Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan sebab dan peristiwa tertentu selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. Lima ayat pertama dari surat al-‘Alaq adalah yang pertama diturunkan kepada beliau di Gua Hira’ dengan perantaraan malaikat Jibril. Dan hal itu menurut sebagian ulama terjadi pada malam 17 Ramadhan. Atas dasar inilah kemudian malam 17 Ramadhan diperingati umat Islam sebagai malam Nuzul Al-Qur’an.
Kedua, Lailatul Qadar adalah malam yang penuh keberkahan. Allah ta’ala berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ (الدخان: ٣)
Maknanya: Sesungguhnya kami turunkan Al-Qur’an itu pada malam yang penuh berkah (malam Lailatul Qadar) (QS ad Dukhan: 3).
Ketiga, pada malam Lailatul Qadar, Allah memberitahukan kepada para malaikat mengenai apa yang terjadi di kalangan para hamba sampai datangnya Lailatul Qadar pada tahun berikutnya. Allah memberitahukan kepada mereka siapa saja yang lahir, mati, ditimpa musibah, sakit, sehat, dilapangkan rezekinya, disempitkan rezekinya dan lain sebagainya dalam kurun satu tahun ke depan.
Tafsir al-Qurthubi, an-Nasafi, dan lainnya menjelaskan bahwa itulah makna dari ayat:
فِيْهَا يُفْرَقُ كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍ (الدخان: ٤)
Maknanya: Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah (QS ad Dukhan: 4).
Keempat, amal shaleh pada Lailatul Qadar lebih baik daripada amal shaleh yang dilakukan selama seribu bulan sebagaimana ditegaskan oleh Allah:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (القدر: ٣)
Maknanya: Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan (QS al-Qadr: 3).
Kelima, para malaikat dari setiap langit turun memenuhi lapisan bumi mendoakan dan mengucapkan salam kepada setiap orang yang menghidupkan malam itu dengan berbagai ibadah. Allah berfirman:
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (القدر: ٤
Maknanya: Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan (QS al-Qadr: 4)
Rasulullah saw bersabda:
إذا كانتْ لَيْلَةُ القدْرِ نَزَلَ جِبريلُ فى كَبْكَبَةٍ من الملائكةِ يُصَلُّون وَيُسَلِّمُوْنَ على كلِّ عبدٍ قائمٍ أو قاعدٍ يَذْكُرُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ فَيَنْزِلُونَ مِن لَدُنْ غُروبِ الشمسِ إلى طلوعِ الفَجْرِ (رواه البيهقى فى شعب الإيمان والسيوطىّ فى الجامع الكبير)
Maknanya: Jika tiba Lailatul Qadar, Malaikat Jibril turun dengan Serombongan Malaikat lalu mendoakan dan mengucapkan salam kepada setiap hamba yang berdiri atau duduk berdzikir mengingat Allah. Mereka turun dari terbenamnya matahari hingga terbit fajar (HR Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman dan as Suyuthi dalam Al-Jami’ Al-Kabir).
Keenam, Lailatul Qadar adalah malam keselamatan dan keberkahan bagi para wali dan orang-orang yang melakukan ketaatan. Pada malam itu, setan tidak dapat berbuat buruk kepada orang-orang yang melakukan kebaikan. Allah ta’ala berfirman:
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (القدر: ٥)
Maknanya: Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar (QS al-Qadr: 5).
Lailatul Qadar sendiri terjadi satu kali dalam satu tahun di bulan Ramadhan. Kita tidak tahu pasti kapan malam yang mulia itu datang, akan tetapi kemungkinan besar ia terjadi pada salah satu dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.
Rasulullah saw berpesan agar umat Muslim bersungguh-sungguh untuk meraih malam mulia ini. Dalam satu hadits beliau bersabda,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ في الوَتْرِ مِنَ العَشْرِ الأوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.
Artinya, “Carilah Lailatul Qadar itu dalam malam ganjil dari sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari).
Amalan pada malam Lailatul Qadar telah dijelaskan dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari. Nabi Muhammad saw bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِه، وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Barang siapa melaksanakan puasa Ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dari-Nya), maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya, dan barang siapa menegakkan malam lailatul qadar (mengisi dengan ibadah) karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dari-Nya), maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya.” (HR Al-Bukhari)
Jika malam Lailatul Qadar ini diberitahukan tanggal kepastiannya, maka orang akan beribadah sebanyak-banyaknya hanya pada tanggal tersebut dan tidak giat lagi beribadah ketika tanggal tersebut sudah lewat.
Umat Islam hanya ditunjukkan tanda-tanda kehadirannya. Di antara tanda-tanda datangnya Lailatul Qadar adalah:
1. Pada hari itu matahari bersinar tidak terlalu panas dengan cuaca sangat sejuk, sebagaimana hadits riwayat Imam Muslim.
2. Pada malam harinya langit nampak bersih, tidak nampak awan sedikit pun, suasana tenang dan sunyi, tidak dingin dan tidak panas. Hal ini berdasarkan riwayat, Imam Ahmad.
Dalam Mu’jam at- Thabari al-Kabir disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Malam Lailatul Qadar itu langit bersih, udara tidak dingin atau panas, langit tidak berawan, tidak ada hujan, bintang tidak nampak dan pada siang harinya matahari bersinar tidak begitu panas.”
Ada beberapa amalan ibadah yang bisa umat Muslim amalkan pada malam Lailatul Qadar. Imam an-Nawawi dalam al-Adzkar (h. 221) menyebutkan, Rasulullah saw menganjurkan umat Muslim untuk memperbanyak memohon ampunan pada malam tersebut dengan doa berikut,
اللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فاعْفُ عَنِّي
Allahumma innaka ‘afuwwun tuḫibbul ‘afwa fa’fu ‘annî’
Artinya, “Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun, menyukai orang yang minta ampunan, ampunilah aku.”
Selain itu, an-Nawawi juga menjelaskan amalan-amalan lainnya yaitu perbanyak membaca Al-Qur’an, dzikir, dan doa-doa yang bermanfaat untuk umat Islam. Hanya saja, karena keberadaan malam ini tidak bisa diprediksi secara pasti, maka amalan tersebut dianjurkan untuk dibaca setiap hari selama Ramadhan, dengan harapan bertepatan dengan malam Lailatul Qadar.
Imam An-Nawawi dalam Kitab Al-Adzkar menjelaskan ada beberapa amalan yang sangat dianjurkan di malam lailatul qadar. Ia menjelaskan:
روينا بالأسانيد الصحيحة في كتب الترمذي والنسائي وابن ماجه وغيرها عن عائشة رضي الله عنها قالتْ: قلتُ: يارسول اللَّه إن علمتُ ليلة القدر ما أقول فيها؟ قال: ” قُولي: اللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فاعْفُ عَنِّي
قال أصحابَنا رحمهم الله: يُستحبّ أن يُكثِر فيها من هذا الدعاء، ويُستحبّ قراءةُ القرآن وسائر الأذكار والدعوات المستحبة في المواطن الشريفة…..قال الشافعي رحمه الله: أستحبّ أن يكون اجتهادُه في يومها كاجتهاده في ليلتها، هذا نصّه، ويستحبّ أن يُكثرَ فيها من الدعوات بمهمات المسلمين، فهذا شعار الصالحين وعباد الله العارفين.
Artinya, “Kami riwayatkan dari sanad yang shahih dalam kitab al-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan lain-lain bahwa Aisyah pernah berkata, ‘Wahai Rasulullah, andaikan aku mengetahui lailatul qadar, apa yang bagus aku baca?’ Rasulullah menjawab, ‘Bacalah Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni’ (Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun, menyukai orang yang minta ampunan, ampunilah aku).’
Ulama kami berkata, disunahkan memperbanyak baca doa ini, baca Al-Qur’an, zikir, dan doa-doa yang disunahkan pada tempat atau waktu yang mulia….Imam As-Syafi’I berkata, ‘Aku menyukai memperbanyak ibadah tersebut di siang hari sebagaimana di malam hari.’ Dianjurkan juga memperbanyak doa-doa yang penting bagi umat Islam. Ini tanda orang-orang saleh dan hamba Allah yang arif.”
Di antara ibadah yang bisa dilakukan saat i’tikaf memburu Lailatul Qadar adalah dengan melaksanakan shalat sunnah. Berbagai macam shalat sunnah bisa dilakukan seperti shalat tahajud, shalat hajat, dan juga shalat khusus yakni shalat sunnah Lailatul Qadar.
anjuran shalat sunnah malam lailatul qadar dapat ditemukan pada bab keutamaan malam lailatul qadar kitab Nasihat Durratun Nasihin fil Wa‘zhi wal Irsyad.
Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa dosa orang yang melakukan shalat sunnah Lailatul Qadar akan diampuni dan juga kedua orang tuanya ketika ia bangun dari duduknya.
Dijelaskan pula bahwa Allah mengutus malaikat ke surga untuk menanam pohonan, membangun istana, dan menggali sungai di surga bagi orang yang melakukan shalat sunnah Lailatul Qadar.
Adapun tata cara shalat sunnah Lailatul Qadar adalah dengan membaca Surat Al-Fatihah pada rakaat pertama. Setelah itu membaca Surat Al-Ikhlas sebanyak 7 kali setelah Surat Al-Fatihah pada rakaat pertama.
Pada rakaat kedua, membaca Surat Al-Fatihah kembali dan diikuti membaca Surat Al-Ikhlas sebanyak 7 kali. Setelah salam, kita bisa membaca istighfar sebanyak 70 kali
Berikut ini lafal istighfar setelah salam:
أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
Astaghfirullāha wa atūbu ilayhi
Artinya: “Aku memohon ampunan Allah dan aku bertobat kepada-Nya.”
Kita juga bisa memperbanyak doa Lailatul Qadar setelah melaksanakan shalat. Dalam hadits dari Sayyidah Aisyah ra dua redaksi doa Lailatul Qadar yang bisa diamalkan. Yang pertama berdasarkan riwayat Imam At-Tirmidzi yakni:
اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Allāhumma innaka afuwwun karīmun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annī (‘annā jika dibaca berjamaah).
Artinya, “Ya Allah, sungguh Engkau maha pemaaf yang pemurah. Engkau juga menyukai maaf. Oleh karena itu, maafkanlah aku (maafkanlah kami).”
Al-Hafizh Ibnu Rajab mengatakan bahwa menegakkan malam lailatul qadar adalah menghidupkan malamnya dengan Shalat Tahajud. Menurut Sufyan At-Tsauri amalan sunah Nabi yang paling utama pada malam lailatul qadar adalah berdoa:
قال سفيان الثوري: الدعاء في تلك الليلة أحب إلي من الصلاة، قال: وإذا كان يقرأ، وهو يدعو، ويرغب إلى الله في الدعاء والمسألة، لعله يوافق. انتهى
Artinya: “Sufyan at-Tsauri berdoa di malam itu lebih aku sukai dibanding shalat. Dan jika ia membaca (Al-Qur’an) dan memohon dengan bersungguh-sungguh kepada Allah di dalam doa dan permintaan hajatnya, maka semoga Allah mengabulkannya.”
Terkait ungkapan Sufyan At-Tsauri, Al-Hafizh Ibnu Rajab berkata:
ومراده أن كثرة الدعاء أفضل من الصلاة التي لا يكثر فيها الدعاء وإن قرأ ودعا كان حسنا. وقد كان النبي صلى الله عليه وسلم يتهجد في ليالي رمضان ويقرأ قراءة مرتلة لا يمر بآية فيها رحمة إلا سأل ولا بآية فيها عذاب إلا تعوذ. فيجمع بين الصلاة والقراءة والدعاء والتفكر. وهذا أفضل الأعمال وأكملها في ليالي العشر وغيرها والله أعلم
Artinya: “Maksudnya adalah memperbanyak doa lebih utama dibanding shalat yang di dalamnya tidak terdapat banyak doa. Dan jika ia membaca (Al-Qur’an) dan berdoa, maka lebih bagus. Beliau berdalil dengan realita bahwa Nabi Muhammad saw melaksanakan Shalat Tahajud di malam-malamnya bulan Ramadhan dan membaca Al-Qur’an dengan tartil. Ketika beliau membaca ayat tentang rahmat, maka beliau berdoa, dan bila membaca ayat azab, maka beliau meminta perlindungan kepada Allah. Sebab itu maka mengombinasikan antara shalat, membaca Al-Qur’an, berdoa dan tafakur, adalah amal yang paling utama dan paling sempurna dikerjakan pada malam-malam sepuluh akhir bulan Ramadhan dan malam-malam selainnya.” (Ibnu Rajab al-Hambali, Lathaiful Ma’arif )
Yusup Bahtiar.