Saat Gubernur Maluku Berbenah, Mereka Main Isu Untuk Menyelamatkan Diri

YUTELNEWS.com | Editorial, Selasa 2 Juli 2025 –
Belum genap empat bulan Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa menjabat, sejumlah isu miring mulai diarahkan kepadanya. Berbagai narasi negatif muncul, mulai dari tuduhan tidak pro-rakyat, lamban mengambil keputusan, hingga fitnah berkedok kritik. Pola serangan ini terlihat terstruktur dan sengaja diciptakan, bukan sebagai koreksi, tetapi sebagai upaya sistematis untuk menggagalkan proses pembenahan yang tengah dilakukan.

Padahal masyarakat tahu, gubernur saat ini tengah berbenah secara hati-hati. Ia menerima tampuk kepemimpinan dalam keadaan warisan masalah yang kompleks. Carut-marut anggaran, dugaan praktik korupsi di berbagai dinas strategis seperti Pendidikan, Kesehatan, Rumah Sakit Haulussy, bahkan Pekerjaan Umum (PU), menjadi beban yang tidak bisa dibersihkan hanya dalam hitungan minggu. Gubernur memerlukan waktu, sistem, dan kehati-hatian agar perubahan benar-benar menyentuh akar persoalan.

Namun justru di saat itu, segelintir pihak mulai memainkan isu-isu untuk menggiring opini publik. Mereka yang dulu nyaman dalam kekuasaan mulai merasa terganggu. Ketika mereka tak lagi punya akses pada kebijakan dan proyek, maka cara lama pun digunakan: pengalihan isu dan fitnah politik.

Publik pun perlu diberi pemahaman jernih. Bahwa tidak mungkin segala persoalan diselesaikan hanya dalam empat bulan. Gubernur bukan pesulap. Ia bukan juga pemimpin pencitraan. Ia memilih jalan kerja yang sunyi, dengan keteguhan untuk tidak korup, tidak transaksional, dan tidak sembarangan menggunakan anggaran. Semua langkah diambil berdasarkan prinsip efisiensi dan akuntabilitas.

Kondisi fiskal nasional juga sedang ketat. Pemerintah pusat mendorong efisiensi anggaran. Maka daerah, termasuk Maluku, harus menyesuaikan. Ini adalah kebijakan nasional, bukan keputusan sepihak kepala daerah. Maka jika pembangunan belum terlihat masif, itu bukan karena gubernur tidak peduli, tetapi karena belanja daerah harus dikelola dengan disiplin dan sesuai kemampuan fiskal.

Yang menyedihkan, sebagian masyarakat mulai termakan isu. Mereka lupa bahwa yang sedang dibersihkan bukan sekadar struktur, tapi juga mental dan kebiasaan birokrasi lama yang rusak. Mereka lupa bahwa perubahan membutuhkan waktu dan kesabaran.

Kita semua patut bertanya: siapa yang diuntungkan jika rakyat hilang kepercayaan pada gubernur baru? Siapa yang bertepuk tangan ketika publik mulai ragu pada proses perubahan? Jawabannya jelas — mereka yang ingin Maluku tetap dalam kendali kelompok kecil yang hanya memikirkan proyek, bukan kemajuan rakyat.

Hari ini, gubernur sedang berbenah. Ia memilih diam, bekerja dengan tenang, dan tidak terpancing. Tapi rakyat harus tahu: di balik kerja senyap itu, ada kekuatan lama yang sedang mencoba menjatuhkannya lewat permainan opini.

Mari kita jaga akal sehat, jangan ikut terperangkap dalam sandiwara politik. Mari kawal pemerintahan ini dengan kritis, tapi juga adil. Kritik dibolehkan, bahkan perlu. Tapi jangan biarkan fitnah menggantikan fakta, dan jangan biarkan mereka yang dulu merusak, kini tampil seolah-olah paling peduli.

“Saat Gubernur Berbenah, Mereka Main Isu untuk Menyelamatkan Diri. Jangan Biarkan Kita Jadi Penontonnya”…

Kabiro buru. (M.Masuku)

Posting Terkait

JANGAN LEWATKAN