Daeng Taurat Dari Telaga Turuk: Bertahan Dengan Tongkat, Berjuang Dengan Palu

NEWS243 Dilihat

NATUNA-YUTELNEWS.com
Telaga Turuk, Sedanau —
Di usia senja, langkahnya kini bergantung pada tongkat, namun semangatnya tetap tegak menghadapi kerasnya hidup.
Daeng Taurat, warga Telaga Turuk, Kelurahan Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat, masih setia memecah batu demi menghidupi keluarga.

Dengan tubuh yang tak lagi sekuat dulu, ia tetap memilih bekerja daripada berdiam diri menunggu belas kasihan.

Di bawah terik matahari daerah Lemis, terlihat lelaki tua berusia 63 tahun itu duduk di antara tumpukan batu.
Dengan tangan yang mulai lemah, ia tetap mengayunkan palu tua ke bongkahan batu, satu per satu.
Suara ketukan palu menjadi irama keteguhan hati di sudut kecil Telaga Turuk.

Pekerjaan berat itu telah ia jalani bertahun-tahun.
Hasilnya tak menentu — kadang batu pecahannya dibeli, kadang dibiarkan menumpuk.
Namun, Daeng Taurat tak pernah berhenti berusaha.

“Selagi masih bisa bergerak, saya akan tetap bekerja. Walau fisik sudah tak kuat, hati saya belum mau berhenti,”
ujarnya lirih sambil menatap tumpukan batu hasil jerih payahnya.

Kini, dengan kondisi tubuh yang melemah akibat riwayat penyakit otot dan persendian, Daeng Taurat berjalan menggunakan tongkat.
Namun hal itu tak membuatnya menyerah.
Setiap hari, ia tetap datang ke tempat kerja, ditemani sang istri yang setia, menyiapkan air dan sesekali ikut membantu mengumpulkan batu kecil.

“Istri saya selalu temani. Kadang bantu juga, walau sama-sama sudah tua,” ujarnya dengan senyum tipis.

Penghasilannya dari memecah batu hanya cukup untuk makan seadanya.
Namun tekadnya tetap kuat: ingin tetap bekerja, bukan berharap belas kasihan.

“Kalau boleh saya minta, bukan uang atau sembako, tapi alat untuk kerja.
Misalnya pompong kecil untuk melaut.
Walau fisik saya sudah lemah, saya masih bisa melaut kalau ada pompong kecil, bisa juga ajak anak atau saudara bantu,”
tuturnya penuh harap.

Bagi Daeng Taurat, memiliki alat untuk mencari nafkah sendiri lebih berharga daripada bantuan sementara.

“Kalau ada alat kerja, saya bisa usaha sendiri.
Tak perlu berharap belas kasihan.
Bisa makan dari hasil tangan sendiri, itu sudah cukup bagi saya,” ucapnya mantap.

Kisah Daeng Taurat adalah cermin keteguhan dan kesabaran masyarakat sederhana di pelosok Natuna —
seorang lelaki tua yang tetap berdiri di atas keterbatasan, memegang palu dengan tangan lemah namun hati yang kuat.

Daeng Taurat (63), warga Telaga Turuk, Kelurahan Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat, tetap berjuang mencari nafkah dengan memecah batu di usia senja. Meski harus berjalan menggunakan tongkat akibat lemah otot dan persendian, semangatnya untuk bekerja tak pernah surut.

Darmansyah
Kabiro Natuna — Yutelnews.com

Posting Terkait

JANGAN LEWATKAN